ECOPRINT

Oleh : Dwi Ernawati, S.Pd

Teknologi ecoprint sebagai salah satu alternatif pemanfaatan bahan alam sebagai pemberian motif serta pewarnaan alami pada kain. Menurut Didik Warsito, Ecoprint berasal dari kata eco atau ekosistem yang berarti lingkungan hayati atau alam dan print artinya cetak. Ecoprint adalah teknik mencetak dan mengolah kain serat alami, menggunakan bagian dari tanaman sebagai motif dan pewarna. Bahan alami yang umum digunakan dalam ecoprint berasal dari tanaman yang meliputi beragam jenis daun, bunga, kayu, atau bagian tanaman lainnya yang memiliki corak dan warna yang khas.

Masih menurut Didik Warsito, ecoprint menghasilkan warna dan corak pada kain yang memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Warna dan corak ini sesuai dengan warna dan corak bahan alami yang digunakan. Meski menggunakan jenis bahan alami yang sama, satu produk dengan produk lainnya yang dihasilkan dari teknik ecoprint tidak akan sama. Inilah yang membuat produk ecoprint menjadi eksklusif dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Umumnya motif ecoprint bisa tercetak dari daun, batang, bunga dan kulit. Semua bisa kita gunakan dengan menggali potensi yang ada disekitar kita. Gunakan daun dan tanaman seberagam mungkin, menata secara acak dan padat. Tujuannya untuk pengenalan terhadap karakter daun.

Berdasarkan hasilnya, daun terbagi menjadi dua :

  1. Daun bertanin kuat, hasil yang didapat pada daun ini tidak hanya bentuk daunnya saja, tetapi daun yang bertanin kuat juga menghasilkan warna. Satu jenis daun, bisa menghasilkan warna yang berbeda, tergantung dari jenis mordant dan teknik. Jenis daun yang bertanin kuat antara lain : jati, lanang, jarak kepyar, jarak wulung, red panama, truja, kalpataru, jambu biji, ketapang, ketepeng dll
  2. Daun tidak bertanin, hasil yang didapat pada daun ini hanya berupa bentuk dari daun saja, tanpa warna. Jenis daun yang tidak bertanin antara lain : papaya, singkong, pakis, paku, dll.

Peletakan daun pada kain bisa diletakan bagian depan daun saja, bagian yang memiliki tulang saja atau bisa diletakan secara bolak balik, ada yang tulangnya menghadap kebawah dan ada juga tulangnya menghadap ke atas.

Daun yang digunakan adalah daun jati merah, daun lanang, daun jambu, daun papaya jepang dan daun kersen. Ecoprint dipraktikkan di kelas XI TB 1 dan 2 pada konsentrasi keahlian desain dan produksi busana. Teknik yang digunakan adalah tanpa blanket, atau disebut juga teknik basic atau teknik mirror, kain yang digunakan hanya 1 lembar sebagai kain utama.

Persiapan yang dilakukan untuk membuat ecoprint adalah

  1. Scouring

Bahan :

– TRO 50g

– Soda Ash 25g

Larutkan 50g TRO dan 25g Soda Ash dengan 3liter air hangat, rendam 2 lembar kain selama 10 menit, bilas dan keringkan. TRO bisa diganti dengan detergen.

  1. Mordant

Bahan :

– Tawas 200g

– Sodium Acetate 150g

– Tunjung 35g

Ambil kain yang sudah di scouring, larutkan 150g Sodium Acetate ke dalam 3 liter air hangat, aduk hingga rata. Larutkan 200gr Tawas dengan air secukupnya lalu masukan ke dalam air yang sudah tercampur Sodium Acetate, aduk hingga tercampur semua, larutkan Tunjung dengan sedikit air panas lalu tambahkan dalam larutan pertama. Masukan kain utama pada larutan rendam selama 5 menit sambil diremas. Angin – anginkan kain sampai kering, tidak dibawah sinar matahari.

Adapun langkah langkahnya adalah sebagai berikut:

Langkah I ( Penguncian )

Kunci Kain Utama dengan Calcium Carbonate. Siapkan 75g Calcium Carbonate dengan 5liter air hangat, rendam kain selama 15 menit. Bilas bersih dan gunakan dalam keadaan lembab. Atau jemur hingga kering jika belum siap untuk diprint.

Langkah II ( Printing )

Siapkan plastik, tali atau lakban, dan daun-daun yang akan dipakai untuk ecoprint.

Dalam keadaan lembab setelah mordant, bentangkan kain utama dan tata daun yang bertanin kuat.

Langkah III

Setelah membuka gulungan kain, angin – anginkan atau oksidasi, karena proses peresapan warna dan motif masih berjalan. Waktu terbaik untuk oksidasi adalah 7-14 hari, dan kain akan dilanjutkan pada proses akhir yaitu pencucian.

Pencucian dilakukan dengan membilas dengan air asa, lalukan hingga mendapatkan air yang bening. Setelah itu berikan sabun lerak pada kain ecopint lalu bilas, tujuannya untuk membuat kain ecoprint lembut.

Harapan bagi siswa dari praktik ini adalah agar peserta didik mampu mengembangkan desain tekstil yang disesuaikan dengan kebutuhan industri dan kebudayaan daerah.

 

About the Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You may also like these