(Xsata, Desember 2025). Science is a way of life. Science is a perspective. Science is the process that takes us from confusion to understanding. Quote dari Brian Greene ini sangatlah cocok menggambarkan keberhasilan di bidang keilmuan yang telah diraih oleh bapak Aris Abadi, S.Pd., M.Pd., setelah resmi menyelesaikan Program Microcredential STEM yang diselenggarakan oleh Monash University Australia. Program pelatihan ini diikuti oleh 40 guru yang terpilih dari berbagai daerah dan merupakan bagian dari upaya pemerintah meningkatkan kompetensi pendidik dalam menghadapi tantangan pembelajaran abad ke-21.
Program tersebut terselenggara melalui pembiayaan LPDP bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru, melalui Direktorat Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus (Dikmensus), Kemendikdasmen. Tahapan Pelatihan berlangsung pada bulan September – November 2025, mulai daris seleksi administrasi, wawancara, pelatihan moda daring diakhiri dengan moda luring dengan materi intensif berbasis integrasi Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM).
Program Microcredential STEM Monash University dirancang untuk memperkuat kemampuan guru dalam merancang dan menerapkan pembelajaran yang mengintegrasikan empat disiplin ilmu tersebut. Melalui pelatihan ini, peserta dibekali pendekatan inovatif berbasis proyek dan tantangan (STEM challenge), pemahaman konsep lintas disiplin, serta strategi pembelajaran yang relevan dengan masalah konstekstual di sekitar. Selama pelatihan, peserta mengikuti rangkaian materi berupa workshop luring, modul daring, diskusi profesional, hingga tugas refleksi dan perancangan pembelajaran. Pelatihan ini mengedepankan praktik langsung dan analisis kasus yang relevan.
Dalam konteks SMK, pendekatan STEM memiliki nilai strategis untuk menjembatani teori dan praktik, terutama di tengah perkembangan teknologi industri yang kian cepat. Integrasi STEM mendorong siswa untuk memahami konsep ilmiah dan teknis, sekaligus memecahkan masalah melalui proyek-proyek berbasis dunia nyata.
STEM sering dianggap rumit dan membutuhkan peralatan mahal, padahal pada kenyataannya STEM itu mudah dan murah. Inti dari STEM adalah proses berpikir: mengamati, mencoba, membuat, dan memperbaiki. STEM tidak bertumpu pada menghafal teori semata namun lebih kepada menyelesaikan masalah-masalah nyata yang ada di sekitar kita. Banyak kegiatan STEM dapat dilakukan menggunakan bahan sederhana seperti pensil, kertas, kardus bekas, gunting, lem, karet gelang, atau perangkat ada atau sering disebut dengan “makerspace”. Dengan kreativitas guru dan siswa, pembelajaran STEM menjadi aktivitas yang menyenangkan, terjangkau, dan tetap berdampak besar pada pemecahan masalah, inovasi, dan kerja kolaboratif.
Melalui program ini, guru dibekali kemampuan membangun pembelajaran yang Bermakna, karena melibatkan siswa langusng, Relevan; sesuai dengan permasalahan yang ada di sekitar kita. Menarik; mendorong eksperimen, eksplorasi, dan kreativitas siswa.
Pihak sekolah menyambut baik capaian tersebut dan mendorong adanya pengimbasan kepada rekan sejawat, komunitas belajar guru (kombel), serta sekolah lain agar manfaat pelatihan dapat dirasakan lebih luas. Pengimbasan ini menjadi bagian dari komitmen bersama untuk memperkuat kapasitas guru dalam menghadapi transformasi pendidikan digital dan industri.
Teruslah menjadi pioneer dalam pengetahuan, menebar manfaat keilmuan bagi SMK Negeri Tengaran pada khususnya dan nusa bangsa pada umumnya.
Ditulis oleh : Ninik Dwi Royani